Episode 2
“Fir... Bangunn buruu” Ulan mengguncang-guncang tubuh
Firda yang sejak tadi tak juga bergerak.
“Kan, gue bilang juga apa. Wacana doang Firda mahh” Balas
Nissa. Bukan kali pertamanya Firda susah dibangunin gini, biasanya kalo udah
kesiangan buat jogging, gelo akhirnya malah sarapan nasi uduk di warung nci
Ranti (bukan bakar lemak, tapi nambah lemak).
“Ya udah siapa nih mau ikut gue jogging?” Ajak Ulan
menyerah.
“Gue deh” Jawab Nissa.
“Loe Tar?” Tanya Nissa didepan cermin.
“Mmmm..nggak deh, ntar gue nyusul aja sama Firda” Balasku
yang sejak tadi masih memeluk guling
dengan mata setengah terpejam.
“Hahaha. Sama ajaa loe bedua” Ujar Ulan tertawa kecil
dengan Nissa dan meninggalkan kamar.
Setelah mereka pergi,
kamar kembali sunyi. Rasa ingin kembali bermimpi sangatlah besar, siapa tahu
saja aku mimpi bertemu Tanza.
“Gilakkkkk!!!” Firda terbangun dengan ekspresi mata
melotot, membuat aku ikut terkejut.
“Kenapa Fir?” Tanyaku penasaran.
Firda hanya menyodorkan
layar handponenya tepat diwajahku.
Gubraakk!!!
***
Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 06.10. Seharusnya
aku masih tidur nyenyak bukan berjalan dikeramaian orang begini. Ya aku dan
Firda sudah berada di Taman yang kebetulan dari rumah Ulan jaraknya dapat
ditempuh dengan jalan kaki.
“Pemandangan seindah ini langka banget” Kata Firda dengan
pandangan terpaku kearah lapangan basket tak jauh dari taman tempat kami
berada. Tak perduli bangku yang ia duduki sedikit kotor dengan daun yang gugur
dari pohon disekitar kami. Dari kejauhan sekitar sepuluh meter, terdapat
lapangan basket yang dipenuhi dengan beberapa orang yang tak asing dimataku.
“Dasar loe. Giliran ada Rey aja, rajin bela-belain joging
pake celana tidur.” Sambungku terkekeh. Sialan. Aku sama sekali tidak di gubris
olehnya.
Layar handpone yang Firda lihatkan padaku tadi adalah
foto Rey di instagram milik Ani. Ya, Ani adalah salah satu anak basket cewek di
sekolahku sekaligus cewek yang sedang dekat dengan Rey. Cemburu pasti, tapi
Firda harus bersyukur. Karena dengan adanya Ani yang sering meng-upload foto-foto bersama
anak basket, Firda bisa mengetahui keberadaan Rey. Kebetulan Ani adalah teman
sekelasku, selain pintar ia juga meliki paras cantik. Tak heran jika ia begitu
di gandrungi cowok basket di sekolahku.
Aku juga ikut menikmati pemandangan pagi ini. Dari setiap
langkah lari dan gerakan Tanza bermain
basket didepan sana tak luput dari pandanganku.
“Gue ketoilet dulu ya.” Pintaku.
“Kebiasaan loe. Cepetan” balas Firda tanpa memalingkan
wajahnya dari layar handpone. Aku yakin ia pasti sedang membuat puisi untuk
dikirimkan ke Rey-Lagi.
Kenapa harus kebelet
gini disaat asik melihat Tanza bermain basket, kesalku seraya mempercepat
langkah kakiku. Bruukk!!!
Aku menabrak seseorang
“Sory. Loe nggakpapa?” Ucap cowok itu mengulurkan tangannya, membantuku yang
masih terduduk ditanah.
“Nggak. Gue nggak papa”
Jawabku lekas berdiri sambil membersihkan sikutku dari sedikit bekas tanah.
“Bagus deh, sorry ya”
balasnya singkat lalu berlari kecil menghilang dari pandanganku.
Aku mengenalnya sosok
barusan. Bukankah itu Rey? “Huh, bisa juga ternyata ia bersikap ramah” Batinku,
melanjutkan langkah menuju toilet.
***
Bagaimana lemak akan berkurang, jika yang Firda tahu
hanyalah makan. Lihat saja sekarang. Dengan wajah polos ia asik menikmati bubur
ayam dengan pancaran mata yang sesekali memandangi lapangan basket.
“Kok malah makan sih?” kepalan tanganku mendarat di
pundaknya.
“Laper gue nunggu loe” balasnya sedigit terkejut.
Sementara Firda sibuk
dengan memandangi Rey, aku ikut tenggelam dalam wajah Tanza dikejauhan sana.
Sadarkah ia aku masih sering memperhatikannya walau hanya dari kejauhan? Tapi
tunggu. Tiba-tiba sorot mataku terhenti pada sosok berbaju biru. Rey. Aku masih
ingat, ketika ia menabrakku baju yang ia gunakan bewarna merah. Sepatunya pun
berbeda dengan yang ia gunakan tadi. Karena ketika aku terjatuh, yang ku lihat
pertama kali adalah sepatunya. Sungguh aneh. Tapi sudahlah, siapa tahu saja ia
memang tipe cowok yang suka berganti-ganti pakaian. Kunetralkan pandangan dan
pikiranku kembali kepada Tanza.
Ggrrrrrrrr....gggrrrrr...!!!
Hpku bergetar “Hallo”
Jawabku.
“Pengen sarapan apa?” Tanya Ulan.
Firda memberi isyarat
dengan mengangkat mangkuk buburnya kearahku dengan senyum modus.
“Oooh..ohh bubur ayam lan.” Jawabku sedikit gugup.
“Firda?” Tanyanya ulan lagi,
Aku menaikkan alisku
memberi isyarat kepada Firda. Firda membalas dengan mengatupkan kedua tangannya
menempel kepipi dan memejamkan matanya.
“Firda..oh Firda masih tidur lan. Samain aja kayak gue,
bubur ayam.” Ujarku masih menahan rasa gugup.
“Ok.” Tuuut..tuuut..tuuut.
“Tingkah loe kenapa gitu.” Tanyaku memasukkan hp kedalam
kantong jaket.
“Entar mereka ngamuk kalau tahu kita disini, bukannya
joging malah nongkrong. Yuk pulang, kita harus sampe di rumah Ulan sebelum
mereka pulang.” Jelasnya seraya menyeruput teh hangat yang hampir habis.
“Dadah, Rey” Ucapnya melambai-lambaikan tangan kearah Rey-berharap
Rey melihat dan membalas. Namun seperti biasa, hanya datang dan melihat wajah
Rey saja sudah membuat Firda senang. Kapan ia akan keluar dari status
“SecretAdmirernya”nya dan mengaku pada Rey? Itu hanya Firda dan Tuhan yang
tahu.
***
Suara Ulan dan Nissa terdengar dari luar kamar. Aku yang
sedang membaca majalah berusaha menahan agar tidak tertawa karena melihat
tingkah Firda yang sejak kami pulang dari taman ia langsung kembali keatas
kasur seakan-akan ia masih tidur dan tidak terjadi apa-apa.
“Tar. Bubur ayamnya di atas meja makan yaa.” Jelas Nissa
membuka sedikit pintu kamar lalu berlalu.
Kami ber-tiga sudah berkumpul di meja makan. Siap
menyantap sarapan pagi ini.
“Huuuuaaaahh” Firda keluar dari kamar dengan suara nguap
yang khas—keras
dan tidak beretika.
“Cuci muka loe sana, habis itu makan tuh bubur ayam. Ntar
keburu dingin.” Sambung Nissa menunjuk
bubur ayam yang sudah tersedia diatas meja.
“Hmmm..” jawab Firda
singkat.
Seperinya Ulan dan
Nissa tak curiga sedikitpun dengan akal bulusnya Firda. Dengan senyuman
liciknya, ia melangkah menuju kamar mandi. Aku hanya bisa menahan tawa dan
memasang wajah biasa-biasa saja. Alhasil Firda tidak menurunkan badan, namun
kenyang dengan dua mangkuk bubur ayam .
Bersambung....
Bersambung....